Jumat, 26 Februari 2010

Jalin Ukhuwah, Meski Beda Harakah


Horee….Dakwah Islam goes to School. Ternyata nggak cuma SCTV aja yang bisa nembus kampus. Senengnya ngeliat para pelajar aktif berdakwah. Mereka tetep semangat dalam dakwah di tengah budaya Barat yang menjerat remaja muslim.


Lega Calcio juga kalah serunya dengan perkembangan dakwah di sekolah atau kampus. Tempat mengenyam pendidikan formal ini seolah berubah menjadi pabrik penghasil pengemban dakwah. Pergantian tahun ajaran selalu diiringi dengan pergantian pengurus DKM atau Badan Kerohanian di kalangan siswa. Ini berarti setiap tahunnya akan ada ‘new comer’ dengan tenaga dan semangat baru untuk tetap jagain nyala dakwah di sekolah dan kampus.

Banyak pihak yang ambil bagian dalam menyemarakkan dunia dakwah di sekolah. Kayak pabrik aja yang memproduksi berbagai merek dalam produk yang sama. Mereka berasal dari kelompok dakwah atau gerakan (harakah) Islam yang coba melebarkan sayapnya. Maka, kita nggak usah bingung, pusing trus muntah (emangnya ?mabuk kendaraan?) Kalo di sana beredar para pengemban dakwah dengan sifat, karakter, pemikiran, dan aktivitas yang khas. Beda merek, ya beda isinya. Hehehe…

Fenomena dakwah di sekolah

Wajar banget kalo sesekali terjadi ’senggolan’ antar harakah di sekolah. Karena mereka ngetem di tempat yang sama. Masing-masing membidik para pelajar biar jadi bagian yang bakal bikin kuat barisan perjuangannya. Atau berkompetisi meraih posisi pengurus DKM atau badan kerohanian yang diakui sekolah. Biar akselerasi dakwahnya lebih ngejoss. Taarik Maang!

Selain itu mereka juga bersaing mendapatkan perhatian sang target (’katakan cinta’ banget neh..) dengan menggelar acara-acara keislaman. Perang pemikiran lewat tulisan pun bikin sesak dinding kosong sekitar kampus atau majalah tembok alias mabok di sekolah.

Sayangnya ada oknum-oknum dalam harakah itu yang belon ikhlas dalam berjuang. Bikin persaingan jadi nggak sehat. Ada yang nyebarin informasi keliru alias fitnah tentang harakah yang lain. Ada juga yang melecehkan perjuangan harakah lain. Merasa harokahnya yang paling shahih. Malah Ada yang sampe melakukan aksi sabotase. Poster acara harakah lain yang akan digelar dia tutupin dengan acara harakahnya atau disobekin. Waduh…kalo gini sih belon pas dia jadi pengemban dakwah. Pantesnya jadi pengemban masalah. Nah lho!

Ulah oknum-oknum itu yang bikin runyam. Adanya perbedaan bukan nambah kekuatan, malah jadi titik perpecahan. Ini yang kudu kita evaluasi bareng-bareng. Biar semua pihak sama-sama enak. Jangan sampe adanya dakwah di sekolah malah jadi masalah. Harusnya kan membawa berkah. Betul?

Mengedepankan persamaan

Sobat, bisa jadi di antara kamu ada yang punya pendapat banyaknya harakah cuma bikin susah, gundah, dan gelisah. Kenapa nggak satu aja sih harakah itu? Biar kagak berantem. Emangnya Giant yang doyan berantem ama Nobita dkk? Hehehe…

Seandainya Allah nyuruh kaum Muslim untuk bikin satu harakah Islam aja pasti nggak bakal ada Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Jama’ah Tabligh, Jama’atul Muslimin yang disebut gerakan Islam. Mungkin yang ada cuma Hizbul Muslimin atau Jama’atul Islamiyah (ups!). Tapi ternyata Allah membolehkan adanya beberapa harakah yang didirikan kaum Muslimin. Seperti dalam firman-Nya:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran [3]: 104).

Masalah yang muncul hanya karena ada kekeliruan dalam mensikapi perbedaan. Terutama dalam tatanan metode dakwah. Padahal perbedaan ini dibolehkan Islam. Karena dibangun dari dalil-dalil yang bersifat dzhan (sangkaan) yang memungkinkan adanya beda pemahaman. Ada yang ikut pemilu, ada juga yang nggak. Ada yang berorientasi pada dakwah fardhiyah (individu) seperti pembenahan dalam akidah atau akhlak, ada juga yang terjun ke dunia politik. Waktu yang akan berbicara (puitis banget neh..) metode mana yang lebih tepat, efektif, efisien,d an tentunya sesuai syariat untuk membangkitkan Islam dan kaum Muslim di seluruh dunia.

Btw, kita udah sama-sama dewasa untuk menyikapi perbedaan dengan sikap terbaik seperti yang dicontohkan tauladan kita, Rasulullah saw. Di antaranya:

1. Kedepankan persamaan. Kita nggak ragu lagi kalo teman-teman yang bergabung dengan harakah itu pasti muslim. Status muslim itu bisa jadi titik awal langkah untuk menjalin persaudaraan antar gerakan. Kita yakin dong kalo para pengemban dakwah yang ikhlas itu nggak mungkin saling menjatuhkan atau mencelakakan sodaranya yang berbeda harakah.

2. Gerakan antifitnah. Fitnah itu lebih kejam dari alien eh, pembunuhan. Orang dibunuh langsung mati kalo ajalnya udah sampe. Tapi orang difitnah bakal butuh waktu lama untuk memulihkan nama baiknya. Bisa jadi sampe seumur hidup. Nah, biar nggak jadi fitnah, bagusnya kita ngasih informasi sebatas yang kita tahu. Jangan belagu sotoy alias sok tahu. Kalo ada yang nanya tentang harakah lain, kita bisa ajak atau tunjukkin dia ke pihak yang berwenang untuk menjawab pertanyaannya.

3. Ikhlas dalam berdiskusi. Kita boleh aja adu argumen dengan teman beda harakah. Karena Islam juga nyuruh kita nyari pendapat yang lebih kuat dari sisi dalil dan faktanya. Tapi perlu dicatat atau digaris bawahi trus ditebelin pake stabilo merah biar nggak lupa. Kita kudu ikhlas pas diskusi. Bener-bener nyari kebenaran, bukan pembenaran atas ide harakah kita. Inga…inga… bisa jadi pendapat kita bener, tapi ada kemungkinan salah. Pendapat orang lain salah tapi ada kemungkinan benar. Dengan begitu diharapkan kita bisa buka mata, telinga, dan hati (tapi nggak usah buka baju ya?) biar kita bisa menerima kebenaran. Nggak emosional. Meski itu berbeda dengan pendapat kita selama ini.

4. Menyatukan Tujuan. Ada pepatah bilang banyak jalan menuju Roma. Tapi bakal kacau beliau kalo Roma yang dimaksud beda-beda. Ntar ketuker ama merek biskuit atau sang raja dangdut. Makanya, kudu ada kesamaan tujuan di antara para harakah agar terjalin kerjasama sekaligus persaudaraan. Yaitu, menegakkan hukum Allah di muka bumi ini. Nggak cuma di satu negara. Akur kan?

Oke deh, kayaknya kita udah cukup gede untuk menerima adanya perbedaan dalam pola operasional dakwah harakah. Agenda perjuangan kita masih panjang. Waktu, tenaga, dan pikiran kita bakal terbuang percuma kalo hanya capek ngurusin perbedaan itu. Sementara musuh-musuh Islam enak-enakan nguras kekayaan alam kita, mendiskriminasikan sodara-sodara kita, dan memaksakan aturan kufur mereka yang bikin kita sengsara. Mari, kita kumandangkan, kobarkan dakwah, jalin ukhuwah, meski beda harakah. Allahu akbar! [hafidz]


Sewun, IKT AK

Kamis, 25 Februari 2010

ANAK MUDA ISLAM

Aku ingin melihat kalian, anak-anak muda Islam, energik dan cerdas.
Aku ingin melihat kalian, anak-anak muda Islam, gagah dan berani.
Tapi aku juga ingin melihat kalian, anak-anak muda Islam,
sebagai anak-anak muda yang sopan dan penuh kasih sayang.

Jadilah orang-orang yang ringan dalam kebaikan,
murah hati dan bercita-cita tinggi.

Tetakkan tatapan matamu
pada bintang-bintang yang paling tinggi,
tapi jangan lupa pijakkan kaki kalian
dengan sangat kuat di atas tanah untuk bekerja mewujudkan cita-cita.

Keberanian, kerja keras, pengendalian diri dan kecerdasan
adalah kunci untuk kehidupan yang gemilang.
Karakter unggulan adalah faktor penting yang
menentukan masa depan kehidupan pribadi dan juga bangsa.
Maka bangunlah karakter mulia dalam diri kita semua.

Sekarang!

Oleh: Herry Nurdi


Sewun, IKT AK

Rabu, 10 Februari 2010

Pertemanan Dalam Islam

Secara umum, orang merasa senang dengan banyak teman. Manusia memang tidak bisa hidup sendiri, sehingga disebut sebagai makhluk sosial. Tetapi itu bukan berarti, seseorang boleh semaunya bergaul dengan sembarang orang menurut selera nafsunya. Sebab, teman adalah personifikasi diri. Manusia selalu memilih teman yang mirip dengannya dalam hobi, kecenderungan, pandangan, pemikiran. Karena itu, Islam memberi batasan-batasan yang jelas dalam soal pertemanan.


Memilih Teman Yang Baik

Teman memiliki pengaruh yang besar sekali. Rasulullah bersabda,
"Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya." (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Makna hadits di atas adalah seseorang akan berbicara dan ber-perilaku seperti kebiasaan kawannya. Karena itu beliau Shalallaahu alaihi wasalam mengingatkan agar kita cermat dalam memilih teman. Kita harus kenali kualitas beragama dan akhlak kawan kita. Bila ia seorang yang shalih, ia boleh kita temani. Sebaliknya, bila ia seorang yang buruk akhlaknya dan suka melanggar ajaran agama, kita harus menjauhinya.

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Jangan berteman, kecuali dengan orang mukmin, dan jangan memakan makan-anmu kecuali orang yang bertakwa." (HR. Ahmad dihasankan oleh al-Albani)
Termasuk dalam larangan di atas adalah berteman dengan pelaku dosa-dosa besar dan ahli maksiat, lebih-lebih berteman dengan orang-orang kafir dan munafik.

Khathabi berkata, “Yang dimaksud dengan jangan memakan makananmu, kecuali orang yang bertakwa adalah dengan cara mengundang mereka dalam suatu jamuan makan. Sebab jamuan makan bisa melahirkan rasa kasih sayang dan cinta di antara yang hadir”. Adapun makanan yang memang dibutuhkan oleh mereka, maka tidak apa-apa diberikan.

Allah berfirman, artinya, "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan." (QS. Al-Insan: 8). Dan yang ditawan bisa saja adalah orang-orang kafir.

Demikian juga dalam pergaulan yang sifatnya umum seperti bertetang-ga, jual beli dan sebagainya, maka hukumnya masuk dalam hukum mua-malah, di mana kita boleh bermuamalah dengan siapa saja, muslim maupun non muslim.

Cinta Karena Allah

Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di jalan Allah dan karena Allah, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya. Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus.

Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, tidak ada tujuan apa pun dalam persahabatan mereka, selain untuk mendapatkan ridha Allah. Orang yang semacam inilah yang kelak pada Hari Kiamat akan mendapat janji Allah.

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, 'Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali per-lindungan-Ku." (HR. Muslim)
Dari Mu'adz bin Jabalzia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman, "Wajib untuk mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku dan yang saling berkunjung karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku." (HR. Ahmad).

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , diceritakan, "Dahulu ada seorang laki-laki yang berkunjung kepada saudara (temannya) di desa lain. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Ke mana anda hendak pergi? Saya akan mengunjungi teman saya di desa ini', jawabnya, 'Adakah suatu kenikmatan yang anda harap darinya?' 'Tidak ada, selain bahwa saya mencintainya karena Allah Azza wa Jalla', jawabnya. Maka orang yang bertanya ini mengaku, "Sesungguhnya saya ini adalah utusan Allah kepadamu (untuk menyampaikan) bahwasanya Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintai temanmu karena Dia."

Ungkapkan Cinta Karena Allah

Anas Radhiallaahu anhu meriwayatkan, "Ada seorang laki-laki di sisi Nabi Shalallaahu alaihi wasalam. Tiba-tiba ada sahabat lain yang berlalu. Laki-laki tersebut lalu berkata, “Ya Rasulullah, sungguh saya mencintai orang itu (karena Allah)”. Maka Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bertanya “Apakah engkau telah memberitahukan kepadanya?” “Belum”, jawab laki-laki itu. Nabi bersabda, “Maka bangkit dan beritahukanlah padanya, niscaya akan mengokohkan kasih sayang di antara kalian.” Lalu ia bangkit dan memberitahukan, “Sungguh saya mencintai anda karena Allah.” Maka orang ini berkata, “Semoga Allah mencintaimu, yang engkau mencintaiku karena-Nya." (HR. Ahmad, dihasankan oleh Al-Albani).

Hal yang harus diperhatikan oleh orang yang saling mencintai karena Allah adalah untuk terus melakukan evaluasi diri dari waktu ke waktu. Adakah sesuatu yang mengotori kecintaan tersebut dari berbagai kepentingan duniawi?

Lemah Lembut, Bermuka Manis dan Saling Memberi Hadiah

Paling tidak, saat bertemu dengan teman hendaknya kita selalu dalam keadaan wajah berseri-seri dan menyungging senyum. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya dengan menjum-pai saudaramu dengan wajah berseri-seri." (HR. Muslim dan Tirmidzi).

Dalam sebuah hadis riwayat Aisyah Radhiallaahu anha disebutkan, bahwasanya "Allah mencintai kelemah-lembutan dalam segala sesuatu." (HR. al-Bukhari). Dalam hadis lain riwayat Muslim disebutkan “Bahwa Allah itu Maha Lemah-Lembut, senang kepada kelembut-an. Ia memberikan kepada kelembutan sesuatu yang tidak diberikan-Nya kepada kekerasan, juga tidak diberikan kepada selainnya."

Termasuk yang membantu langgengnya cinta dan kasih sayang adalah saling memberi hadiah di antara sesama teman. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Saling berjabat tanganlah kalian, niscaya akan hilang kedengkian. Saling memberi hadiah lah kalian, niscaya kalian saling mencintai dan hilang (dari kalian) kebencian." (HR. Imam Malik).

Saling Memberi Nasihat

Dalam Islam, prinsip menolong teman adalah bukan berdasar permintaan dan keinginan hawa nafsu teman. Tetapi prinsip menolong teman adalah keinginan untuk menunjukkan dan memberi kebaikan, menjelaskan kebenaran dan tidak menipu serta berbasa-basi dengan mereka dalam urusan agama Allah. Termasuk di dalamnya adalah amar ma'ruf nahi mungkar, meskipun bertentangan dengan keinginan teman.

Adapun mengikuti kemauan teman yang keliru dengan alasan solidaritas, atau berbasa-basi dengan mereka atas nama persahabatan, supaya mereka tidak lari dan meninggalkan kita, maka yang demikian ini bukanlah tuntunan Islam.

Berlapang Dada dan Berbaik Sangka

Salah satu sifat utama penebar kedamaian dan perekat ikatan persaudaraan adalah lapang dada. Orang yang berlapang dada adalah orang yang pandai memahami berbagai keadaan dan sikap orang lain, baik yang menyenangkan maupun yang menjengkelkan. Ia tidak membalas kejahatan dan kezhaliman dengan kejahatan dan kezhaliman yang sejenis, juga tidak iri dan dengki kepada orang lain. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Seorang mukmin itu tidak punya siasat untuk kejahatan dan selalu (berakhlak) mulia, sedang orang yang fajir (tukang maksiat) adalah orang yang bersiasat untuk kejahatan dan buruk akhlaknya." (HR. HR. Tirmidzi, Al-Albani berkata “hasan”)

Karena itu Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mengajarkan agar kita berdo’a dengan:
"Dan lucutilah kedengkian dalam hati- ku." (HR. Abu Daud, Al-Albani berkata 'shahih')
Termasuk bumbu pergaulan dan persaudaraan adalah berbaik sangka kepada sesama teman, yaitu selalu berfikir positif dan memaknai setiap sikap dan ucapan orang lain dengan persepsi dan gambaran yang baik, tidak ditafsirkan negatif. Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
Jauhilah oleh kalian berburuk sangka, karena buruk sangka adalah pembicaraan yang paling dusta” (HR.Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud dengan berburuk sangka di sini adalah dugaan yang tanpa dasar.

Menjaga Rahasia

Setiap orang punya rahasia. Biasa-nya, rahasia itu disampaikan kepada teman terdekat atau yang dipercayainya. Anas Radhiallaahu anhu pernah diberi tahu tentang suatu rahasia oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam. Anas Radhiallaahu anhu berkata, "
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam merahasiakan kepadaku suatu rahasia. Saya tidak menceritakan tentang rahasia itu kepada seorang pun setelah beliau (wafat). Ummu Sulaim pernah menanyakannya, tetapi aku tidak memberitahukannya." (HR. Al-Bukhari).

Teman dan saudara sejati adalah teman yang bisa menjaga rahasia temannya. Orang yang membeberkan rahasia temannya adalah seorang pengkhianat terhadap amanat. Berkhia-nat terhadap amanat adalah termasuk salah satu sifat orang munafik.

Penutup

Persahabatan yang dijalin karena kepentingan duniawi tidak mungkin bisa langgeng. Bila manfaat duniawi sudah tidak diperoleh biasanya mereka dengan sendirinya berpisah bahkan mungkin saling bermusuhan. Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, mereka akan menjadi saudara yang saling mengasihi dan saling membantu, dan persaudaraan itu tetap akan berlanjut hingga di negeri Akhirat. Allah berfirman, artinya,
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (QS. Az-Zukhruf: 67)

Ya Allah, anugerahilah kami hati yang bisa mencintai teman-teman kami hanya karena mengharap keridhaan-Mu. Amin. (Ibnu Umar)

Semoga tidak terdapat kekeliruan, dan tulisan ini dapat bermanfaat, insyaAllah...

Wassalamu'alaikum wr.wb.

dari:

Karina Dive,---


Sewun, IKT AK